TEKTONISME
Disusun oleh
Dimas Sutrisno
X IPA4
11
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tektonisme adalah proses yang
terjadi akibat pergerakan, pengangkatan, lipatan dan patahan pada struktur
tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan adalah bentuk muka bumi hasil
gerakan tekanan secara horizontal yang menyebabkan lapisan permukaan bumi
menjadi berkerut dan melipat. Patahan adalah permukaan bumi hasil dari gerakan
tekanan horizontal dan tekanan vertikal yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak
dan patah. Ada dua jenis tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa.
Epirogenesa adalah proses perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga
lambat dari dalam bumi dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah
melewati daerah luas. Ada dua Epirogenesa:
1. Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya
lapisan
kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik.
2. Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya
lapisan
kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.
Orogenesa adalah pergerakan lempeng
tektonis yang sangat cepat dan meliputi
wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai
proses pelengkungan
(Warping, lipatan (Folding, patahan (Faulting) dan retakan
(Jointing). Serta salah
satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan
Mediterania.
PEMBAHASAN
Tektonisme
(Diastropisme)
Proses tektonisme bisa disamakan
dengan dislokasi yang berarti disertai dengan perubahan letak lapisan kulit
Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini bisa secara vertikal maupun
horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah yang luas. Berdasarkan
kecepatan gerakan dan luas wilayah yang terkena pengaruh, tektonisme dibedakan
menjadi dua.
Gerak Epirogenesa
Gerak inilah yang membentuk benua.
Gerakan ini berlangsung dengan sangat pelan sehingga kadang tidak kita rasakan.
Gerakan ini meliputi wilayah luas dan tanda-tandanya dapat dilihat dari adanya
perubahan garis pantai. Gerakan ini dibedakan menjadi epirogenesa positif dan
negatif. Epirogenesa positif ditandai dengan adanya kenaikan permukaan air laut
sehingga garis pantai pindah ke daratan karena daratan mengalami penurunan.
Sementara itu, epirogenesa negatif ditandai dengan permukaan air laut yang
menurun. Salah satu tandanya adalah pantai yang berteras karena mengalami
kenaikanatau pengangkatan berulang kali.
Gerak Orogenesa
Gerakan ini
merupakan gerakan pembentuk pegunungan lipatan maupun
patahan. Terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat dan
daerah yang lebih sempit.
Lipatan
Lipatan terjadi ketika dua lempeng
kerak Bumi yang saling berhadapan bertabrakan. Lapisan batuan pada kerak Bumi
mendapat tekanan hebat yang menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses
pelipatan lapisan batuan ini merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan.
Contohnya pembentukan pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan
ini dapat mendorong terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah
(sinklinal). Dalam suatu wilayah yang luas terkadang juga dapat dijumpai
deretan antiklinal secara berulang-ulang (antiklinorium) maupun rangkaian
sinklinal (sinklinorium).Tekanan dengan tingkat tenaga yang berlainan pada
lapisan batuan dapat membentuk lipatan yang berbeda.
Patahan
Tekanan dalam Bumi menyebabkan
patahan jika bekerja pada lapisan batuan yang tidak elastis atau keras.
Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian patah. Di patahan ini ada bagian yang
turun disebut graben (slenk). Contohnya graben Semangko di sepanjang Pegunungan
Bukit Barisan, Sumatra. Kadang graben sangat dalam yang disebut ngarai.
Contohnya Ngarai Sianok di Sumatra Barat. Jika graben itu terisi air dan
menggenang akan menciptakan sebuah danau. Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara
dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan.
Sementara itu, lapisan tanah yang
terangkat disebut horst yang menghasilkan kenampakan sebuah plato (dataran
tinggi). Contohnya Plato Dieng di Jawa Tengah dan Plato Wonosari di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Lempeng-lempeng tektonik di bumi
barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20. Bagian terluar dari interior
bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri
atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan
litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti
cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam
lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi.
Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi
lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng
utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini
menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya
di batas-batas lempeng, baik divergen
(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi,
aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera
semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral
lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.
Jenis-jenis
batas lempeng
Tiga jenis batas lempeng (plate
boundary).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara
lempengan tersebut bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini
masing-masing berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis
batas lempeng tersebut merupakan:
1.
Batas transform (transform
boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami gesekan satu sama lain
secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan
relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan
pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yangberlawanan dengan pengamat).
Contoh sesar jenis ini merupakan Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif merupakan contoh batas divergen.
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain,
atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak
benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana
potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung
air), sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur
dengan mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas
vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
Kekuatan
penggerak pergerakan lempeng
Pergerakan lempeng tektonik bisa
terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang
relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli
dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui
sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, merupakan bahwa kelebihan
kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi
merupakan sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid
ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena
terjadinya pendinginan dan penebalan.
Besarnya kepadatan litosfer yang
lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan
ke mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan
penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk
bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi dipercaya
sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak
lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga
lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun.
Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di
kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi
(tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen
secara lateral di seluruh mantel.
Variasi dalam kepadatan ini bisa
bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur mineral),
atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas).
Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral merupakan konveksi mantel
dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara
langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang
dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara,
energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak.
Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu
friksi dan gravitasi.
PENUTUP
Kesimpulan
Tektonisme merupakan
tenaga yang berasal dari dalam bumi yang
menyebabkan terjadinya
dislokasi (perubahan letak) patahan dan retakan pada
kulit
bumi serta pada batuan. Berdasarkan jenis gerakan dan luas wilayah yang
mempengaruhinya, tenaga
tektonik dapat dibedakan atas gerak orogenesa dan
epirogenesa. Gerak orogenesa
merupakan gerakan tenaga endogen yang relatif
cepat dan meliputi daerah
yang relatif sempit. Gerak orogenetik menyebabkan
adanya tekanan horizontal
atau vertikal pada kulit bumi sehingga terjadilah
peristiwa dislokasi, baik
dalam bentuk lipatan maupun patahan. Contohnya
terbentuknya deretan
lipatan pegunungan muda Sirkum Pasifik.